Lobar dan Mataram Harus "Cerai" Soal Sampah



Oleh: Rasinah Abdul Igit


TPA Kebon Kongok, tempat pembuangan akhir sampah bersama antara Lombok Barat (Lobar) dan Kota Mataram, diprediksi tidak bisa lagi menampung sampah tahun depan. Meskipun ada perluasan landfill, umur TPA ini tidak akan lama lagi. Sampah yang masuk ke TPA ini sudah mencapai titik kritis, dengan volume yang berlipat-lipat dari kapasitas awal 900 meter kubik.

Masalah Sampah yang Belum Terpecahkan

Selama ini, TPA Kebon Kongok belum memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi warga sekitar. Minimnya sentuhan industri pemerintah membuat sampah tidak menjadi berkah bagi warga Desa Suka Makmur, yang menjadi lokasi TPA. Warga masih banyak yang miskin dan mengandalkan pertanian serta menjadi TKI.

Solusi "Cerai" Soal Sampah

Menurut Rasinah Abdul Igit, sebaiknya Pemkot Mataram dan Pemkab Lobar memikirkan sampahnya masing-masing dan tidak lagi menggunakan TPA bersama. Berikut beberapa alasan:

Lobar Siapkan Lokasi Permanen: Pemkab Lobar harus menyiapkan lokasi permanen untuk menampung sampahnya sendiri, dengan mempertimbangkan pemetaan risiko, dampak lingkungan, dan potensi ekonomi warga sekitar.

Mataram Kelola Sampahnya Sendiri: Dengan sumber daya dan finansial yang memadai, Pemkot Mataram pasti bisa mengelola sampahnya sendiri dan memaksimalkan TPST yang dimiliki.

Skema yang Adil: Jika Mataram tidak bisa menangani sampahnya sendiri, maka Lobar bisa menawarkan skema yang tidak merugikan Lobar, seperti investasi besar di bidang lingkungan dan penanganan risiko-risiko yang terkait dengan sampah.

Mengatasi Masalah Sampah dari Hulu

Masalah sampah tidak akan pernah terpecahkan jika hanya menangani hilir. Perlu dilakukan upaya untuk mengurangi sampah dari sumbernya, seperti memilah sampah rumah tangga dan mengolahnya menjadi barang bernilai ekonomis di desa-desa. Dengan demikian, sampah dapat menjadi bagian dari sirkulasi ekonomi desa dan mengurangi beban TPA.