Oleh: Lale Uswatun H,
Kawal NTB, Divis Kajian Pariwisata Sumber daya alam dan Lingkungan hidup
Belakangan ini, isu tentang penertiban pemukiman dan usaha semi permanen di sekitar Pantai Tanjung Aan kembali mencuat. Banyak yang merasa kawasan tersebut sedang "digusur" demi pembangunan hotel dan beach club. Namun, realitanya lebih kompleks dari itu.
Kondisi Saat Ini
Beberapa bangunan yang berdiri di sekitar pantai sebenarnya semi permanen dan tidak memiliki izin tetap. Kondisi ini juga kurang berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Sampah yang tidak terkelola dengan baik, fasilitas tidak terurus, dan kebersihan pantai yang menurun, justru merusak daya tarik wisata yang menjadi kebanggaan Lombok.
Pembangunan Hotel & Beach Club
Menurut kabar terbaru, kawasan tersebut akan dikembangkan menjadi akomodasi resmi, termasuk hotel dan beach club. Ini bukan sekadar proyek komersial biasa. Lokasinya yang dekat dengan Sirkuit Mandalika membuatnya sangat strategis untuk menyediakan hunian layak dan profesional bagi tamu-tamu MotoGP dan event internasional lainnya.
Keseimbangan yang Diharapkan
Namun, penertiban suatu kawasan yang sudah dihuni oleh masyarakat lokal harus adil dan manusiawi, dengan solusi untuk warga atau pelaku usaha lokal yang terdampak. Pembangunan harus memberdayakan masyarakat sekitar melalui pelatihan, kerja sama, dan lapangan pekerjaan.
Prioritas Pelestarian Alam dan Budaya Lokal
Pelestarian alam dan budaya lokal harus tetap menjadi prioritas dalam pengembangan pariwisata di Tanjung Aan. Dengan demikian, pembangunan dapat berjalan seimbang dan berkelanjutan.
Pendapat Kawal NTB
Menurut Kawal NTB, pengembangan pariwisata di Tanjung Aan harus berbasis masyarakat dan tidak hanya mengutamakan estetika. Masyarakat lokal harus dilibatkan dalam proses pembangunan dan mendapatkan manfaat dari pariwisata. Dengan demikian, pembangunan dapat berjalan seimbang dan berkelanjutan.